
Sosiologi dan Pendidikan Karakter
Terhitung sejak bulan Juni tahun 2021 lalu penulis mulai menjadi pengajar untuk mata pelajaran Sosiologi di SMA Katolik Mater Dei kota Probolinggo. Bagi penulis, pendidikan adalah hal yang sangat menarik untuk dibahas karena satu diantara kunci dan juga sekaligus sebuah kebijakan nasional untuk meningkatkan mutu individu masyarakat Indonesia adalah dengan pendidikan. Tak mengherankan bahwa saat ini pemerintah memfasiliasti masyarakatnya untuk belajar minimal 12 tahun, tujuannya secara implisit adalah untuk mendukung peningkatan kualitas masyarakatnya. Mungkin untuk orang awam jika berbicara tentang pendidikan yang melulu terpikirkan adalah tentang belajar dan mengajar, peserta didik belajar dan pendidik mengajar. Selain itu hal lain yang terpikirkan bahwa pendidikan hanya berkutat sebatas transfer ilmu atau materi saja, pemikiran tersebut seharusnya ditinggalkan dan dibuang jauh-jauh, pendidikan lebih kompleks dari yang kita pikirkan. Selain itu mirisnya orang awam terkadang meninggalkan hal terpenting dari unsur pendidikan, yaitu karakter.
Pendidikan karakter dewasa ini adalah hal yang luar biasa pentingnya. Bahkan penulis sering mendengar statment bahwa saat ini yang dicari bukan orang pintar tapi orang yang jujur. Dari spekulasi penulis statment ini tidak salah, melihat cerminan negeri ini dimana angka korupsi yang sangat tinggi, kenakalan remaja yang membumi serta fokus pendidik yang mementingkan target materi daripada karakter diri peserta didik. Dari beberapa contoh diatas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya ada yang salah dengan sistem pendidikan kita, dimana tranfer ilmu lebih diunggulkan sedangkan pendidikan karakter kurang dari yang diharapkan.
Pendidikan karakter bagi penulis adalah hal yang lebih dari sekedar pendidikan moral, karena pendidikan karakter adalah penanaman kebiasaan baik dalam kehidupan peserta didik agar mereka memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi untuk mau peduli serta menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi penulis pendidikan karakter tidak hanya dilakukan pada mata pelajaran secara eksplisit (Pendidikan Budi Pekerti, Pendidikan Agama) saja, tapi seluruh mata pelajaran harus secara implisit memasukannya dalam pembelajaran, sosiologi adalah satu diantaranya yang harus memasukan pendidikan karakter didalam mata pelajarannya.
Secara historis, sosiologi adalah ilmu yang terbilang cukup muda, setidaknya kemunculan ilmu ini dilatar belakangi dua peristiwa besar di dunia, Revolusi Perancis dan Revolusi Industri. Tujuan Sosiologi ada sebagai upaya untuk mengkaji tentang hubungan manusia pada umumnya serta produk dari hubungan tersebut yang cukup kompleks untuk diselesaikan apabila ada suatu permasalahan didalamnya. Jika dikorelasikan dengan pendidikan karakter yang implisit, sosiologi sangat cocok untuk membentuk karakter peserta didik. Dalam pengaplikasiannya, penulis memiliki tiga komponen untuk mengkorelasikan Sosiologi dan Pendidikan Karakter, knowing the good, moral feeling dan juga moral action.
Knowing the good atau bisa juga diartikan sebagai pengetahuan tentang moral, dalam komponen ini, peserta didik penulis tuntut untuk mengetahu mana yang baik dan mana yang buruk, penulis juga menghendaki peserta didik mengoreksi diri bagaimana kondisi mereka saat ini. Penulis mengaplikasikan komponen ini pada materi masalah sosial. Pada pertemuan pertama, penulis mengajak mereka untuk menelaah statment “Peserta didik di SMAK Mater Dei adalah masalah sosial” lalu mempresentasikannya di depan kelas secara berkelompok. Dari hasil presentasi mereka, ada yang mengatakan “ya, kami adalah masalah sosial sebab kami sering melakukan banyak pelanggaran” ada juga yang mengatakan “bukan, kami bukan masalah sosial sebab kami tidak pernah melakukan aktifitas yang mengganggu dan merugikan orang lain secara fisik maupun non fisik”. Dari pengalaman tersebut, sebenarnya penulis memfasilitasi mereka untuk memahami materi apa itu masalah sosial, mengkoreksi diri peserta didik, dan memberikan pengetahuan bagaimana yang baik dan bagaimana yang tidak serta seharusnya bagaimana untuk menjadi warga negara yang baik.
Komponen lain untuk membentuk karakter yang baik adalah dengan moral feeling. Moral feeling berkaitan dengan aspek emosional peserta didik. Dalam melaksanakan komponen ini, pendidik memfasilitasi mereka untuk saling bekerja sama dalam kelompok. Mungkin hal yang sederhana, namun ini adalah salah satu fasilitas yang dapat mengelola moral feeling dalam pendidikan moral secara implisit. Dalam moral feeling setidaknya ada beberapa komponen didalamnya, percaya diri, pengendalian diri dan kerendahan hati adalah beberapa diantaranya. Percaya diri dewasa ini adalah hal yang sangat sukar didapatkan, apalagi semenjak pandemi covid-19 ini ada, aktifitas peserta didik dalam berinteraksi sangatlah minim dan perlu dibantu membangun kepercayaan diri dalam kelompok kecil. Peserta didik penulis bahkan pada saat awal tatap muka ada yang tidak memiliki teman sama sekali dan hanya duduk diam dialam kelas tanpa berinterkasi, bagi penulis ini adalah salah satu cara yang tepat untuk mengembangkan kepercayaan diri, mengendalikan diri untuk mau bekerja sama dan tidak merugikan anggota kelompoknya serta kerendahan hati untuk mau membimbing dan dibimbing oleh sesama teman sebayanya.
Moral action adalah komponen berikutnya, didalam moral action penulis memanifestasikannya dalam bentuk kompetensi dan kebiasaan. Kompetensi disini adalah kewenangan untuk memutuskan sesuatu. Sedangkan untuk kebiasaan adalah pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama. Dalam mengimplementasikan moral action pada mata pelajaran sosiologi, penulis membuat suatu proyek yang dapat mengasah kemampuan ini, proyek itu adalah mengidentifikasi suatu masalah sosial dan peserta didik berperan untuk menyelesaikan masalah sosial didalamnya. Proses ini adalah proses mengasah kompetensi peserta didik dalam memutuskan suatu hal, memutuskan harus bertindak bagaimana dan yang seharusnya bagaimana adalah bentuk pembentukan karakter secara tidak langsung karena proses ini mengajarkan peserta didik untuk mengetahui mana yang buruk dan yang baik melalui studi kepustakaan. Berkaitan dengan itu ada pula kebiasaan, kebiasaan disini adalah bagaimana tanggapan peserta didik dalam melihat situasi tertentu, jika tanggapan mereka melenceng dari norma maka tugas penulis disini adalah mengarahkan mereka dengan menggunakan intuisi umum agar proses mengasah kepribadian serta karakter dapat berjalan dengan maksimal sesuai dengan yang dikehendaki.
Sosiologi dan pendidikan karakter dapat dianalogikan seperti dua sisi telapak tangan yang tak terpisahkan. Sosiologi adalah pendidikan karakter dan pendidikan karakter adalah sosiologi. Sosiologi tidak hanya berbicara materi, tetapi penulis membuat materi itu menjadi memiliki nilai untuk dijadikan acuan dalam bermasayarakat. Sosiologi bukan hafalan, tetapi sosiologi butuh pemahaman, tanpa pemahaman sosiologi akan sangat tidak berguna sebagai mata pelajaran yang dikonsumsi peserta didik.
Tulisan Lainnya
Pratek Pengajaran Agama
Belajar Bersama (Kegiatan Pembelajaran) Pratek Pengajaran Agama Hari ini Jumat, 2 Juni 2023, pukul 12.00, para guru/karyawan SMAK Mater Dei Probolinggo sedang belajar bagaimana terlib
Dibalik Keindahan Alamnya, Indonesia Siap Siaga Menghadapi Ancaman Bencana
Indonesia merupakan salah satu negara yang berada di iklim tropis / khatulistiwa yang memiliki keindahan alam yang luar biasa, baik di darat maupun di laut. Setiap potensi alam yang dim
Praktikum Kapasitas Vital Paru-paru dan Uji Bahaya Rokok
Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa setelah berlari atau melakukan aktivitas berat, napas kita cenderung cepat dan pendek-pendek? Sedangkan, saat beraktivitas biasa, frekuensi napas k
Pembelajaran Hortatory Exposition Text dengan Produk Poster dan Iklan Layanan Masyarakat
Hortatory Exposition Text merupakan materi yang diberikan kepada siswa kelas 11. Teks ini bertujuan untuk mengajak orang lain untuk melakukan sesuatu. Sebagai tugas akhir materi ini, si
HASIL VOKASI COOKING AND BAKING
Salah satu praktik cooking and baking kelas XI semester genap adalah membuat Fu Yung Hai.